Cerpen "Oji Si Tukang Ojek Payung"

Cerpen

Oji Si Tukang Ojek Payung

Oleh : Ipnuri Fatah, 4 Desember 1999

Krismon?” Tanya Heru ketika Oji menceritakan tentang kesulitan orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan keperluan serta biaya sekolahnya.

Krismon itu singkatan dari krisis moneter, artinya sekarang ini semua orang sedang kesulitan mencari uang?” Oji berusaha menjelaskan kepada teman-temannya. “Aku saja sekarang nggak pernah dikasih uang jajan,” tambah Oji.

Mendengar cerita itu sebagian teman-temannya yang juga ikut mendengar, merasa prihatin dan kasihan. Tapi Oji seolah-olah tidak perduli. Ia tetap ceria dan penuh percaya diri walau teman sekolahnya rata-rata anak orang kaya.

Di sekolah Oji tidak terlalu pandai, satu kelebihan Oji hingga ia disukai teman-temannya. Oji pandai bercerita, mulai dari legenda atau cerita rakyat, cerita tentang perjalanan para Nabi, tokoh-tokoh dunia, sampai cerita tentang orang pertama yang terbang ke bulan.  Keterampilannya bercerita itu ia dapat dari Ibunya. Setiap malam ibunya selalu bercerita mengantar Oji tidur.

Beberapa hari ini aku tidak pernah melihat si Oji, kemana Her?” tanya Lia kepada Heru yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Oji.
Aku juga nggak tahu, mungkin sedang pergi keluar kota,” jawab Heru.
Tapi kok nggak ada pemberitahuan ke sekolah, nyatanya pak guru terus memberi alpa pada absennya,” sahut Lia.
Rasanya sepi kalau nggak ada Oji, nggak ada yang cerita,” timpal yang lain.
Apa si Oji pindah sekolah ya?” Lia penasaran.
Nggak ach, kalau pindah pasti pamitan sama kita,” sahut Heru.

Seminggu sudah beralalu, tapi Oji tak juga masuk sekolah. Teman-teman yang suka berangkat dan pulang bersama semakin bertanya-tanya. Hingga pada suatu hari, sepulang  sekolah, mereka besama-sama pergi kerumah Oji, tapi mereka tidak ketemu siapa-siapa, semua pintu dan jendelanya tertutup.

Setibanya di rumah Heru menghampiri ibunya yang sedang membalik-balik jemuran di belakang rumahnya. “Bu, apakah ibu tahu kemana Bapak dan ibunya Oji pergi?” Heru berharap ibunya tahu kemana Oji dan keluarganya pergi.
Ibu juga tidak tahu, beberapa hari ini ibu juga tidak pernah melihat mereka, rumahnya selalu ditutup rapat,” jawab ibunya.
Kemana ya?” Heru bergumam, penasaran terhadap tidak munculnya Oji beberapa hari ini.

Her, nanti sore kita ke pergi pasar, ya… katanya kamu mau beli sepatu baru?” Sorenya Heru dan ibunya pergi ke pasar. Cuaca sedang hujan, karena memang saat ini musim penghujan. Di depan pasar banyak anak-anak sebaya heru yang menyewakan payung, istilahnya ojek payung. Bu…, itu si Oji,” tiba-tiba mata Heru melihat Oji di antara mereka.

Ji’… Ji’… Oji’!” Heru berusaha memanggil sahabatnya yang berlarian,  menawarkan payung kepada pengunjung pasar dan penumpang yang turun dari angkot dan mobil pribadi.

Mendengar ada suara yang memanggilnya, Oji berhenti dan menghampiri Heru di tangga pasar. “Hey… Her, sedang apa kamu disini?” Sapa Oji sambil mengusap air di wajahnya dengan telapak tangannya. Oji tetap tersenyum seolah tak pernah terjadi apa-apa pada dirinya.

Aku mau beli sepatu sama ibu. Ji’… Kemana saja sich kamu, kok nggak pernah masuk sekolah, apa kamu sudah pindah sekolah?” tanya Heru, matanya menelusuri tubuh Oji, sahabatnya yang basah kuyub oleh air hujan. “Setiap hari kami membicarakan-mu, Lia juga,” tambah Heru.

Nggak kemana-mana, aku juga tidak pindah sekolah. Bapak Kepala Sekolah melarangku masuk sebelum aku bisa melunasi tunggakan SPP,” Oji menutup payungnya yang masih berkembang.

Sudah tujuh bulan Oji belum membayar uang sekolah. Berkali-kali ia dipanggil kekantor dan diberi surat peringatan oleh Kepala Sekolah, sampai akhirnya ia dilarang mengikuti pelajaran sampai ia bisa melunasinya.

Bajumu basah semua Ji’, nanti kamu sakit,” kata ibunya Heru.
Sudah biasa kok tante,” Oji menepak-nepak kedua lengan bajunya.
Bapak dan ibumu pergi kemana Ji’?” Ibunya Heru merasa kasihan melihat teman anaknya yang masih kecil sudah berusaha mencari uang sendiri.

Bapak pergi ke rumah om di Purwakarta tante, dan ibu jualan buah-buahan di pasar sini…, itu di ujung sebelah sana,” jawab Oji sambil menunjukkan tempat ibunya berjualan.

Lalu kapan kamu masuk sekolah lagi?” tanya Heru
Nanti, kalau uangnya sudah kumpul, tidak lama lagi kok. Makanya agar uangnya cepat banyak dan aku bisa cepat bisa sekolah lagi, aku bantu ibu dengan jadi tukang ojek payung,” Oji meyakinkan Heru.

Melihat temannya yang sedang kesulitan, Heru jadi ingin membatalkan rencanya untuk membeli sepatu baru. “Bu, Heru tidak jadi beli sepatu dech, uangnya biar untuk bantu Oji dulu. Sepatu yang itu kan masih bisa dipakai, tidak terlalu rusak kok,” kata Heru kepada ibunya.

Mendengar itu spontan Oji menolak. “Her, jangan! Biar saja kami berusaha sendiri, kamu kan ingin beli sepatu, sebentar lagi aku sudah bisa melunasinya kok,?” katanya sambil memegang tangan Heru.

Akhirnya Heru membatalkan niatnya untuk membeli sepatu. Keesokan harinya Heru dan ibunya kembali ke pasar, tempat Oji mangkal. Heru memberikan surat dari Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa Oji sudah diperbolehkan masuk sekolah kembali.

Terima kasih, Her, Tante, atas perhatiannya,” Oji tak tahan membendung air matanya sambil memeluk Heru, sahabat yang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.

Terima kasih, Tuhan, Engkau telah menyelamatkan-ku dari kesulitan ini, semoga Engakau memberikan kebahagiaan kepada Heru dan keluarganya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Khutbah Idul Fitri 1429H

Cerpen : "Jatuh Dari Kereta" Oleh Ipnuri Fatah