REDEVINISI TOKOH AGAMA
ipnuri.blogspot.co.id (7/12/2017) - Apa yang terjadi di
Lingkungan Perumahan Pegawai RSCM akhir-akhir ini, kisruh tentang kepengurusan
Masjid sejatinya diakui atau tidak merupakan kegagalan dari peran tokoh-tokoh
agama. Para tokoh agama tanpa disadari telah mengkotak-kotakkan dirinya sendiri
dalam perannya di tengah-tengah masyarakat. Imbasnya sangat jelas, masyarakat
juga ikut nggerombol berkelompok dan mengikuti tokoh agama yang
dianggap berada dijalur kelompoknya. Hal ini sejatinya kurang sehat karena
seharusnya sebagai warga masyarakat kita bisa bersatu padu, guyub rukun, saling
bergotong royong tanpa melihat perbedaan yang ada. Tapi apa daya, para tokoh
agama sudah masuk dan menceburkan dirinya dan malah ada yang menjadi garis
pemisah dengan anggota masyarakat yang lain.
Padahal sebenarnya peran dan fungsi tokoh agama sangat mulia. Ia bisa menjadi panutan bagi semua masyarakat. Ia bisa menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memang membutuhkan pertanyaan. Ini berarti sang tokoh agama harus berperan sebagai pengayom bagi semua, menjadi lampu penerang bagi kondisi sekitarnya tanpa terkecuali, menjadi penunjuk jalan bagi semua masyarakat tatkala banyak persimpangan jalan di depannya. Sungguh sangat mulia sekali.
Sayangnya peran dan fungsi tokoh masyarakat yang begitu mulia tidak akan kita temukan dalam waktu saat ini di Lingkungan ini, mengingat kehadiran tokoh-tokoh agama muda yang mulai muncul justru ikut terjebak dalam pengkotakan tadi. Alih-alih menjadi pengayom, menjadi tempat bertanya, menjadi penunjuk jalan bagi semua lapisan masyarakat, mereka justru akan bisa menafikan peran-peran mulia itu, mereka justru satu sisi akan ‘menjerumuskan’ masyarakat manakala ada kegamangan pada masyarakat tersebut.
Sejatinya saya berharap agar hadir tokoh agama di lingkungan kita yang benar-benar menjadi pengayom bagi semua lapisan masyarakat. Saya yakin bahwa beliau-beliau itu tahu fungsi dan kedudukannya, dan saya punya angan-angan agar benar-benar muncul figur tokoh agama semacam itu.
Kita semua saudara, guyub rukun, saling menghormati dan menghargai
itu jauh lebih baik dan mulia ketimbang bermusuhan, saling curiga, saling
berprasangka buruk dan apalagi saling ghibah. (Noer69)
Komentar
Posting Komentar